Kembali
Kebajikan Teologis: Cinta Ilahi yang Mengarahkan Kita kepada Tuhan dan Sesama
Waktu Terbit 15 Mei 2024
Penulis Rosa Tri Setiani

Kebajikan teologis adalah konsep penting dalam teologi Kristiani yang mencakup tiga kebajikan utama: iman, harapan, dan kasih (amal). Kebajikan ini dianggap "teologis" karena mereka berasal langsung dari Tuhan dan mengarahkan kita kembali kepada Tuhan. Dalam artikel ini, kita akan fokus pada kebajikan kasih, yang menurut ajaran Kristiani, memungkinkan kita untuk mengasihi Tuhan dan sesama seperti Tuhan mengasihi kita.

Kebajikan Kasih: Asal Usul dan Sifatnya

Kasih, atau amal, dalam teologi Kristiani dianggap sebagai kebajikan terbesar di antara ketiga kebajikan teologis. St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menyatakan, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13).

Kasih sebagai kebajikan teologis bukanlah sekadar perasaan atau emosi manusia, tetapi merupakan pemberian ilahi yang berasal dari Tuhan dan mengalir kembali kepada-Nya. Kebajikan ini memungkinkan manusia untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran, dan untuk mengasihi sesama sebagaimana Tuhan mengasihi mereka.

Kasih yang Mengatasi Semua Bentuk Kasih Manusiawi

Paus Fransiskus, dalam audiensi umum pada hari Rabu, menjelaskan bahwa kasih teologis melampaui semua bentuk kasih manusiawi seperti kasih romantis, kasih kepada teman, dan kasih kepada negara atau kemanusiaan. “Tetapi ada kasih yang lebih besar,” kata Paus Fransiskus, “yang berasal dari Tuhan dan diarahkan kepada Tuhan, dan memungkinkan kita untuk mengasihi Tuhan... dan mengasihi sesama kita seperti Tuhan mengasihi mereka.”

Kasih teologis ini memungkinkan kita untuk mengasihi tidak hanya mereka yang dekat dan menyenangkan, tetapi juga mereka yang sulit dicintai. Ini adalah kasih yang menuntut pengampunan, pemberkatan kepada mereka yang mengutuk, dan kasih kepada musuh.

Kasih sebagai Karya Roh Kudus

Kasih teologis adalah hasil karya Roh Kudus dalam diri kita. Sebagai kebajikan yang diberikan oleh Tuhan, kasih ini membutuhkan keterbukaan hati untuk menerima dan bekerja sama dengan rahmat ilahi. “Ini adalah ‘teologis’,” kata Paus Fransiskus, “karena itu berasal dari Tuhan, itu adalah karya Roh Kudus dalam diri kita.”

Kasih ini berbeda dari bentuk kasih lainnya karena ia tidak bergantung pada perasaan atau keadaan eksternal, melainkan pada keputusan kehendak untuk mencintai seperti Tuhan mencintai. Dalam Kasih ini, kita dipanggil untuk melampaui batasan manusiawi kita dan mengambil bagian dalam cinta ilahi yang sempurna dan tak terbatas.

Tantangan dalam Mempraktikkan Kasih

Meskipun kebajikan kasih berasal dari Tuhan, mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sering kali merupakan tantangan besar. Paus Fransiskus mengakui bahwa kasih ini sulit, bahkan tidak mungkin untuk dipraktikkan jika seseorang tidak hidup dalam Tuhan. “Kasih Kristiani merangkul apa yang tidak dapat dicintai, menawarkan pengampunan, memberkati mereka yang mengutuk,” katanya.

Namun, justru karena kasih ini adalah kebajikan teologis, kita diberi kekuatan melalui Roh Kudus untuk mengasihi dalam cara yang tidak mungkin dengan kekuatan manusiawi saja. Kasih teologis memampukan kita untuk mengampuni, berbelas kasih, dan berbuat baik kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang memperlakukan kita dengan tidak adil.

Kesimpulan

Kasih sebagai kebajikan teologis adalah panggilan tertinggi bagi setiap orang Kristiani. Ini adalah kasih yang berasal dari Tuhan, diarahkan kepada Tuhan, dan memungkinkan kita untuk mengasihi Tuhan dan sesama seperti Tuhan mengasihi mereka. Melalui kebajikan ini, kita dipanggil untuk hidup dalam cinta yang melampaui batasan manusiawi, menjadi alat kasih Tuhan di dunia, dan mencapai kesempurnaan kasih dalam kehidupan kekal.

Sebagai penutup, mari kita renungkan kata-kata Yesus yang dikutip oleh Paus Fransiskus: “Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Semoga kita semua diberi rahmat untuk hidup dalam kebajikan kasih yang sejati, mengasihi Tuhan dan sesama dengan hati yang tulus dan ikhlas.

 

Disarikan dari Vatican News