Di tengah kesedihan mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus, Adrian Pallarols, sahabat setia sekaligus pengrajin perak yang dekat dengan sang Paus, menemukan secercah penghiburan. Bukan dari kata-kata penghiburan semata, melainkan dari kenangan yang tak ternilai dan iman yang kokoh dalam hatinya.
Bagi Adrian, sosok Paus bukan sekadar pemimpin Gereja atau figur publik dunia. Ia adalah seorang sahabat yang setia, seorang ayah rohani yang lembut, dan seorang penopang dalam suka maupun duka. Setiap perjumpaan mereka, setiap percakapan ringan ditemani kopi susu dan biskuit buatan para biarawati, adalah momen yang membentuk ikatan batin yang dalam.
Namun di balik duka itu, Adrian juga menemukan penghiburan dalam iman dan kenangan. Ia menyadari bahwa warisan kasih dan keteladanan yang ditinggalkan oleh Paus tidak akan pernah hilang. Paus Fransiskus telah meninggalkan jejak yang abadi dalam hidupnya sebuah warisan rohani yang hidup dalam doa, tindakan kasih, dan semangat pengabdian.
“Beliau mungkin telah pergi secara fisik,” ujar Adrian, “tetapi cintanya tetap tinggal. Kehadirannya tetap terasa dalam setiap doa, dalam setiap kenangan akan kebaikan hatinya.”
Bagi Adrian, sahabat sejatinya kini tidak lagi berjalan di sampingnya, tetapi mendoakannya dari surga. Ia percaya bahwa Paus Fransiskus kini menjadi pendoa yang setia, seorang santo yang akan terus menyertainya dalam setiap langkah hidup, terlebih saat badai dan kesulitan datang menerpa.
Kenangan-kenangan itu kini bukan hanya cerita masa lalu, melainkan sumber kekuatan rohani yang menyemangati Adrian untuk menjalani hari demi hari dengan iman, harapan, dan cinta.
Disarikan dari Vatican News