Dalam doa Angelus pada hari Minggu, Paus Fransiskus merenungkan peristiwa Injil mengenai tanda pertama Yesus di Pernikahan di Kana. Dengan penuh kasih, Bapa Suci mengingatkan umat beriman bahwa ketika kita merasa kekurangan, Tuhan tidak hanya memberikan apa yang kita butuhkan, tetapi melampaui harapan kita. Sebab, seperti yang ditegaskan Paus, “Dia ingin merayakan bersama kita.”
Tanda Pertama Yesus di Kana
Paus Fransiskus mengawali renungannya dengan menjelaskan peristiwa Injil menurut Santo Yohanes. Dalam kisah ini, Yesus melakukan mukjizat pertamanya dengan mengubah air menjadi anggur atas permintaan Maria, Bunda-Nya. Peristiwa ini, kata Paus, bukan hanya sebuah mukjizat, tetapi juga simbol misi Yesus yang lebih besar.
“Para nabi seperti Yesaya dan Amos telah meramalkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, Tuhan akan menyediakan perjamuan yang melimpah dengan anggur terbaik,” ujar Paus. “Yesus adalah Mempelai Pria yang datang untuk memperbarui perjanjian kasih antara Allah dan umat manusia dengan memberikan ‘anggur terbaik’ cinta-Nya.”
Kekurangan dan Kelimpahan
Paus Fransiskus menyoroti dua tema utama dalam peristiwa ini: kekurangan dan kelimpahan. Ketika anggur habis di tengah perjamuan, Maria menyampaikan kepada Yesus, “Mereka kehabisan anggur.” Sebagai tanggapan, Yesus memerintahkan agar enam tempayan besar diisi dengan air, yang kemudian diubah menjadi anggur terbaik.
“Tanda Tuhan adalah kelimpahan,” kata Paus Fransiskus. “Kelimpahan di Kana adalah tanda bahwa pesta Tuhan dengan umat manusia telah dimulai.” Paus menegaskan bahwa ketika manusia menghadapi kekurangan, Tuhan selalu merespons dengan cinta yang melimpah. Tidak pernah setengah-setengah, tetapi selalu melebihi apa yang bisa kita bayangkan.
Ketika Kehidupan Kekurangan “Anggur”
Bapa Suci melanjutkan dengan mengaitkan pesan Injil ini dengan kehidupan sehari-hari. “Dalam ‘perjamuan’ kehidupan kita sendiri, kita sering menyadari bahwa anggur hilang,” ujarnya. Hal ini terjadi ketika kekhawatiran, ketakutan, atau kejahatan merampas rasa sukacita dan harapan kita. Namun, Paus mengingatkan bahwa di tengah kekurangan ini, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
“Di saat-saat seperti itu, Tuhan mencurahkan kasih-Nya dengan melimpah. Dia memberikan kita ‘anggur Roh Kudus,’ yang membawa sukacita dan harapan dalam hidup kita,” katanya. Paus menambahkan bahwa paradoks kelimpahan Tuhan terletak pada fakta bahwa “semakin kita merasa kekurangan, semakin berlimpah kasih Tuhan hadir dalam hidup kita.”
Tuhan Ingin Merayakan Bersama Kita
Paus Fransiskus menekankan bahwa Tuhan tidak hanya ingin membantu kita dalam kekurangan, tetapi juga ingin merayakan bersama kita. “Tuhan adalah Allah yang merayakan, Allah yang ingin melihat kita bahagia. Dia tidak ingin memberikan yang biasa-biasa saja; Dia ingin memberikan yang terbaik,” ujar Paus.
Doa Penutup
Mengakhiri renungannya, Paus mengajak umat beriman untuk berdoa kepada Maria, Bunda Yesus. “Semoga Perawan Maria berdoa bagi kita dan membantu kita untuk menemukan kembali sukacita bertemu dengan Yesus dalam hidup kita,” pungkasnya.
Dalam semangat Tahun Yubelium, Paus Fransiskus mengajak umat untuk membuka hati terhadap kelimpahan kasih Tuhan dan merasakan sukacita hidup dalam persekutuan dengan-Nya.
Disarikan dari Vatican News