Dalam dunia yang kerap kali dipenuhi oleh hiruk-pikuk pencapaian pribadi, persaingan, dan kepentingan diri, ajakan Paus Fransiskus untuk menjadi pribadi yang “penuh semangat” dan “berdedikasi” seolah menjadi suara profetik yang membangunkan nurani kita. Lebih dari sekadar semangat biasa, yang dimaksudkan oleh Paus adalah sebuah panggilan untuk hidup yang dilandasi oleh kasih Tuhan kasih yang membakar hati, menggerakkan tindakan, dan mengosongkan diri demi pelayanan bagi sesama.
1. Penuh Semangat: Ketertarikan yang Mendalam kepada Kristus
Kata “penuh semangat” atau passionate dalam konteks ini bukan sekadar menunjuk pada emosi atau kegembiraan sesaat. Ini tentang memiliki api di dalam hati api yang menyala karena perjumpaan dengan Yesus Kristus. Orang yang penuh semangat adalah mereka yang tidak puas hanya mengenal Tuhan dari cerita orang lain. Mereka mencari Tuhan secara pribadi, dalam doa, dalam Kitab Suci, dalam Sakramen, dan dalam wajah sesama yang menderita.
Menjadi pribadi yang penuh semangat berarti membiarkan diri “sepenuhnya tertarik oleh kasih Tuhan”. Kasih Tuhan bukan sekadar teori atau dogma, tetapi pengalaman nyata yang mengubah cara kita memandang dunia. Ketika kasih Tuhan menyentuh hati seseorang, maka ia tak bisa tinggal diam. Ia terdorong untuk bergerak, untuk terlibat, untuk memberi diri.
2. Berdedikasi: Pelayanan yang Tak Menghitung Untung-Rugi
Dedikasi sejati lahir dari semangat yang mendalam. Orang yang berdedikasi tidak mencari keuntungan pribadi. Ia tidak melayani demi pujian atau penghargaan, melainkan karena kasih Tuhan menggerakkannya. Dedikasi berarti komitmen yang total bahkan ketika tidak ada yang melihat, bahkan ketika hasilnya tidak langsung tampak, bahkan ketika lelah dan dilupakan.
Paus Fransiskus menyebutkan, “melayani sesama tanpa menyimpan apa pun untuk diri sendiri.” Inilah bentuk cinta yang radikal cinta yang memberi tanpa syarat, seperti cinta Yesus yang mengosongkan diri-Nya sampai wafat di kayu salib. Inilah juga cinta yang dihidupi oleh Santo Yohanes Bosco, pendiri Kongregasi Salesian, yang memberikan seluruh hidupnya demi pendidikan dan pembinaan kaum muda, terutama mereka yang miskin dan tersingkir.
3. Teladan Para Pendiri: Kasih yang Nyata dalam Tindakan
Dalam sejarah Gereja, kita melihat bagaimana para pendiri tarekat hidup dengan semangat dan dedikasi seperti ini. Santo Fransiskus dari Sales, inspirasi spiritual bagi para Salesian, mengajarkan bahwa kekudusan bukan hanya untuk para biarawan, tetapi untuk semua orang dan itu dicapai dengan hidup penuh cinta dalam tugas sehari-hari.
Santo Yohanes Bosco, misalnya, bukan hanya berbicara tentang cinta kepada kaum muda. Ia mewujudkannya dalam perhatian yang konkret: membuka rumah-rumah untuk anak-anak yatim, mengajarkan keterampilan, mendampingi mereka dalam pertumbuhan iman, dan menjadi sahabat sejati di saat semua orang lain menolak mereka.
Mereka hidup dengan semangat dan dedikasi, bukan karena mereka tidak punya tantangan, melainkan karena mereka begitu dipenuhi oleh kasih Tuhan, sehingga tidak bisa tidak membagikannya.
4. Panggilan bagi Kita Hari Ini
Ajakan Paus Fransiskus bukan hanya untuk para imam atau biarawan. Ini adalah panggilan universal. Di mana pun kita berada entah sebagai guru, pelajar, ibu rumah tangga, pengusaha, atau pelayan Masyarakat kita semua dipanggil untuk menjadi pribadi yang penuh semangat dan berdedikasi.
Kita dipanggil untuk hidup dengan hati yang terbakar oleh kasih Tuhan, dan tangan yang terbuka untuk melayani sesama. Dunia tidak butuh lebih banyak orang sukses, melainkan lebih banyak orang yang penuh kasih. Dunia merindukan pribadi-pribadi yang tak hanya berbicara tentang cinta, tetapi sungguh menjadi cinta itu sendiri.
Penutup: Mewartakan Injil Lewat Hidup yang Menyala
Menjadi pribadi yang penuh semangat dan berdedikasi adalah tentang hidup yang menyala. Bukan menyala untuk membakar orang lain, tetapi menyala untuk menghangatkan, memberi terang, dan menyalakan semangat dalam hati orang lain. Seperti lilin yang menyala dan habis untuk memberi cahaya, demikianlah hidup kita dimaksudkan: menjadi berkat, menjadi terang, menjadi pelayan kasih Kristus di tengah dunia yang haus akan harapan.
Seperti kata Paus Fransiskus: “Biarkan dirimu tertarik oleh kasih Tuhan, dan layanilah sesama tanpa menyimpan apa pun untuk dirimu sendiri.”
Inilah jalan kekudusan. Inilah panggilan kasih yang sejati.
Disarikan dari Vatican News