Kembali
Refleksi Paus Leo XIV atas Doa ‘Bapa Kami’
Waktu Terbit 28 Juli 2025
Penulis Jihan Nenci Meilinda

Pada hari Minggu, 27 Juli 2025, Paus Leo XIV dalam Angelus mingguan di Pelataran Basilika St. Petrus menyampaikan pesan yang mendalam terkait doa Bapa Kami. Doa Bapa kami merupakan jalan menuju relasi yang intim dengan Allah sebagai Bapa. Dalam refleksinya yang bersumber dari Injil Luk. 11:1-13, Bapa Suci mengundang umat Kristiani di seluruh dunia untuk melihat kembali makna terdalam dari doa yang diajarkan Yesus sendiri itu.

Memanggil Allah sebagai “Abba”

Paus Leo XIV menekankan bahwa ketika Yesus mengajarkan doa “Bapa Kami,” Ia memperkenalkan kita kepada relasi yang amat pribadi dan penuh kepercayaan kepada Allah. Kita diajak untuk menyapa-Nya dengan sebutan “Abba”, yang berarti “Bapa” dalam arti yang sangat akrab dan penuh kasih. Doa ini, menurut Paus, mengandung kekuatan untuk membuka hati dan mengubah hidup, karena setiap kata di dalamnya mencerminkan kedekatan dan pengakuan akan identitas kita sebagai anak-anak Allah.

Doa yang Mengubah dan Menguatkan

Lebih dari sekadar permohonan, doa Bapa Kami menjadi jalan untuk menemukan kembali siapa diri kita. Doa Bapa Kami menyadarkan bahwa kita tidak sendirian dalam hidup; kita adalah bagian dari keluarga Allah. Paus menambahkan bahwa dengan terus-menerus mengucapkan dan merenungkan doa ini, kita akan semakin sadar akan kehadiran dan kasih Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

Paus juga menekankan bahwa Allah tidak pernah lelah mendengarkan doa-doa kita, bahkan ketika kita datang dengan keraguan, luka, atau keterlambatan. Dalam analogi yang menyentuh, ia berkata bahwa Allah selalu membuka pintu-Nya, seperti seorang sahabat yang dating pada tengah malam untuk meminta roti (Luk. 11:5-8) dan seorang ayah yang tidak akan memberi ular saat anaknya meminta ikan (Luk. 11: 11).

Menjadi Cermin Kasih Bapa

Namun, Paus Leo XIV tidak berhenti pada aspek relasional. Ia juga menggarisbawahi bahwa mendoakan “Bapa Kami” menuntut konsekuensi moral dan sosial. Kita tidak dapat menyebut Allah sebagai Bapa, jika dalam hidup sehari-hari kita tidak mencerminkan karakter-Nya.

Mengutip para Bapa Gereja seperti St. Siprianus dan St. Yohanes Krisostomus, Paus mengingatkan bahwa sikap kejam, dendam, dan ketidakpedulian kepada sesama merusak makna sejati dari Doa Bapa Kami ini. Jika Allah begitu murah hati kepada kita, maka kita pun dipanggil untuk memperlakukan orang lain dengan belas kasih yang sama. 

Ajakan untuk Menghidupi Doa

Menutup Angelus, Paus Leo XIV mengajak seluruh umat beriman untuk tidak hanya menghafal doa Bapa Kami, tetapi menghidupinya dalam keseharian. Setiap kali kita mengucapkannya, kita diperbarui oleh kasih Allah yang menerima kita tanpa syarat dan mengutus kita untuk menjadi tanda harapan dan kasih di dunia yang sering kali terluka.

Dalam dunia yang penuh kegelisahan, doa “Bapa Kami” mengandung pengharapan yang meneguhkan. Melalui doa ini, kita tidak hanya menemukan kembali kedekatan kita dengan Allah, tetapi juga ditantang untuk menjadi saudara bagi sesama. Pesan Paus Leo XIV mengingatkan bahwa doa tidak berhenti di bibir, tetapi berlanjut dalam tindakan dan sikap hidup.

Sumber: Vatican News

Link: https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2025-07/pope-leo-angelus-27-july-2025-strength-of-our-father-prayer.html