Berbicara kepada para peserta Arena Perdamaian tahun lalu, Paus Leo mengatakan bahwa Injil dan ajaran sosial Gereja adalah sumber dukungan yang tak pernah habis bagi orang Kristen, serta kompas bagi semua orang dalam upaya membangun perdamaian.
Oleh Christopher Wells
Pada hari Jumat, Paus Leo menerima lebih dari 300 perwakilan dari asosiasi dan gerakan yang ambil bagian dalam acara Arena Perdamaian 2024 di kota Verona, Italia.
Pertemuan yang berlangsung di Vatikan itu merupakan kunjungan balasan atas partisipasi Paus Fransiskus dalam acara tahun lalu, dan bertujuan untuk menghidupkan kembali pertemuan tradisional di Verona sebagai forum diskusi dan usulan terkait ajaran sosial Gereja.
Berdiri bersama para korban
Dalam sambutannya kepada kelompok tersebut, Paus Leo XIV menggemakan pernyataan Paus Fransiskus, yang mengatakan bahwa “membangun perdamaian dimulai dengan berdiri di sisi para korban dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang mereka.”
“Pendekatan ini sangat penting,” katanya, “untuk melucuti hati, pendekatan, dan pola pikir, serta untuk mengecam ketidakadilan dari sistem yang membunuh dan didasarkan pada budaya membuang.”
Paus menyoroti “pelukan yang berani” antara seorang warga Israel dan seorang warga Palestina, yang masing-masing kehilangan anggota keluarga dalam konflik di Gaza. “Kini mereka bersahabat dan bekerja sama,” kata Paus, seraya menambahkan bahwa tindakan mereka “menjadi kesaksian dan tanda harapan.”
Paus Leo menjelaskan bahwa “jalan menuju perdamaian memerlukan hati dan budi yang terlatih dan dibentuk agar peka terhadap sesama, dan mampu mengenali kebaikan bersama dalam konteks masa kini.”
Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa komitmen para peserta Arena Perdamaian “sangat berharga” karena proyek dan tindakan nyata mereka “melahirkan harapan.”
Mendidik kaum muda dalam membangun perdamaian
Menyayangkan kekerasan di dunia dan masyarakat kita, Paus Leo mengatakan bahwa kaum muda perlu “mengalami budaya kehidupan, dialog, dan saling menghormati,” terutama melalui contoh-contoh yang baik.
Mereka yang “menolak godaan untuk membalas dendam” setelah mengalami ketidakadilan dan kekerasan “menjadi agen paling kredibel dalam proses pembangunan perdamaian tanpa kekerasan.”
Tanpa kekerasan, katanya, “sebagai metode dan gaya hidup, harus menjadi ciri khas keputusan, hubungan, dan tindakan kita.”
Bapa Suci mengatakan bahwa Injil dan ajaran sosial Gereja adalah “sumber dukungan yang terus-menerus bagi orang Kristen dalam upaya ini,” serta “kompas bagi semua orang” karena pembangunan perdamaian adalah “tugas yang dipercayakan kepada semua orang.”
Mempersiapkan institusi perdamaian
Menutup sambutannya, Paus Leo mengatakan, “Jika kamu menginginkan perdamaian, siapkanlah institusi-institusi perdamaian” tidak hanya institusi politik, tetapi juga yang bersifat pendidikan, ekonomi, dan sosial.
“Oleh karena itu,” katanya, “saya mendorong kalian untuk tetap berkomitmen dan hadir: hadir dalam sejarah sebagai ragi kesatuan, persekutuan, dan persaudaraan,” sambil menambahkan bahwa “persaudaraan harus dipulihkan, dicintai, dihidupi, diwartakan, dan disaksikan, dalam harapan yang penuh keyakinan bahwa hal itu memang mungkin terjadi, berkat kasih Allah ‘yang telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus.’”
Sumber : Vatican News