Dalam keheningan yang sarat makna di Kapel Casa Santa Marta, doa singkat yang diucapkan oleh Kardinal Kevin Farrell menggema sebagai seruan iman, syukur, dan pengharapan. Doa itu bukan sekadar kata-kata pengantar pemindahan jenazah, melainkan sebuah refleksi mendalam atas kehidupan dan pelayanan seorang Paus yang telah menyerahkan seluruh dirinya demi umat Kristiani sedunia.
"Saat kita meninggalkan rumah ini, marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas begitu banyak karunia yang telah Ia limpahkan kepada umat Kristiani melalui hamba-Nya, Paus Fransiskus," ujar Kardinal Farrell. Kata-kata ini menyiratkan betapa Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin spiritual, tetapi juga karunia dari Tuhan bagi Gereja dan dunia. Dalam masa kepemimpinannya selama dua belas tahun, Paus Fransiskus telah menghidupi Injil melalui kesederhanaan, kelembutan, dan ketegasan dalam kebenaran.
Ia membawa Gereja kepada fokus yang lebih dalam pada belas kasih, keadilan sosial, dan dialog antariman. Paus Fransiskus mengajarkan kita bahwa kekudusan bukanlah tentang kemegahan, melainkan tentang keberanian untuk mengasihi dalam dunia yang sering kali tidak adil dan penuh kebencian. Ia mengingatkan kita bahwa Gereja bukanlah menara gading, melainkan rumah sakit lapangan bagi yang terluka dan tersingkirkan.
"Marilah kita mohon kepada-Nya, dalam belas kasih dan kebaikan-Nya, agar menganugerahkan kepada Paus yang telah wafat tempat abadi di kerajaan surga, dan menghibur dengan harapan surgawi keluarga kepausan, Gereja di Roma, dan umat beriman di seluruh dunia."
Doa ini menjadi jembatan harapan antara dunia yang fana dan keabadian, memohon agar Paus Fransiskus kini boleh beristirahat dalam damai Tuhan yang kekal. Di saat yang sama, doa ini menyentuh mereka yang ditinggalkan para kardinal, para imam, biarawan-biarawati, dan seluruh umat beriman agar tetap dikuatkan dalam pengharapan dan sukacita surgawi.
Dalam wajah duka, kita menemukan wajah syukur. Dalam kepergian, kita mendapati kedekatan baru. Paus Fransiskus kini menjadi bagian dari sejarah kudus Gereja, dan warisannya tetap hidup dalam setiap tindakan kasih, pengampunan, dan kerendahan hati yang kita teladani.
Semoga kita semua, seperti dia, menjadi hamba Tuhan yang setia, menghadirkan terang Kristus di tengah dunia yang haus akan kasih dan pengharapan.
Disarikan dari Vatican News