Kembali
Paus Leo XIV: "Iman dan Doa Adalah Garam Kehidupan yang Memberi Rasa Pelayanan"
Waktu Terbit 24 Mei 2025
Penulis Rosa Tri Setiani

Dalam sebuah pertemuan penuh kehangatan dan makna spiritual yang mendalam, Paus Leo XIV menyampaikan pengajaran sederhana namun kuat kepada para pegawai Takhta Suci dan keluarga mereka: iman dan doa ibarat garam yang memberi rasa dalam kehidupan dan pekerjaan. Melalui refleksi ini, Paus mengajak semua yang hadir untuk merenungkan kembali makna terdalam dari tugas harian mereka sebagai sebuah persembahan rohani.

Iman dan Doa: Unsur Dasar yang Menghidupkan

"Iman dan doa seperti garam dalam makanan. Tanpa garam, makanan terasa hambar; demikian pula tanpa iman dan doa, pekerjaan kita menjadi kering dan kehilangan makna rohaninya," kata Paus. Dengan analogi yang sangat membumi, Bapa Suci ingin menyampaikan bahwa tanpa spiritualitas yang hidup, pekerjaan yang kita lakukan sekalipun dalam Gereja dapat kehilangan cita rasanya sebagai pelayanan sejati.

Paus menekankan bahwa iman bukanlah sekadar kepercayaan abstrak, melainkan sikap hidup yang menyertai seluruh proses kerja dan pengabdian, dari hal-hal besar hingga hal-hal terkecil. Demikian pula dengan doa, bukan hanya rutinitas religius, melainkan napas jiwa yang menghubungkan manusia dengan kehendak Tuhan dalam setiap tanggung jawabnya.

Menghidupi Tanggung Jawab Sebagai Persembahan

Dalam pidatonya, Paus Leo XIV mengajak seluruh pegawai dan pejabat Kuria Roma untuk menjadikan setiap tugas, setiap pekerjaan administratif, setiap pelayanan teknis dan pastoral, sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan. Ia menekankan bahwa:

“Dengan terus-menerus mengandalkan iman dan doa, kalian akan mampu mempersembahkan tugas dan tanggung jawab harian kalian dengan lebih baik bukan hanya secara profesional, tetapi secara rohani.”

Paus percaya bahwa pelayanan di lingkungan Gereja bukan semata pekerjaan kantor, tetapi merupakan bagian dari partisipasi dalam karya penyelamatan Kristus. Dengan demikian, tugas-tugas harian, jika dijalankan dalam semangat doa dan iman, akan menjadi jalan kekudusan.

Kuria Roma sebagai Penjaga Ingatan dan Misi Gereja

Lebih lanjut, Paus Leo XIV menyinggung peran penting Kuria Roma dalam mendukung pelayanan Paus. Ia mengatakan bahwa "Paus datang dan pergi, tetapi Kuria tetap ada." Ini menunjukkan betapa pentingnya kontinuitas pelayanan dan ingatan institusional dalam menjaga kehidupan Gereja.

Kuria, menurut Paus, bukan hanya lembaga administratif, tetapi juga penjaga memori, pewarta misi, dan saksi sejarah karya penyelamatan Tuhan dalam Gereja. Dengan kata lain, setiap individu yang bekerja di dalamnya menjadi bagian penting dari karya ilahi itu, sejauh mereka menaruh iman dan doa sebagai landasan kerja mereka.

Kesatuan, Kerendahan Hati, dan Humor

Paus juga menyoroti pentingnya membangun kesatuan di tempat kerja, sebagai bentuk konkret dari spiritualitas sehari-hari. Ia mengajak semua yang hadir untuk:

  • Bersikap rendah hati dan sabar dalam menghadapi perbedaan.
  • Menghindari prasangka dan membangun sikap empatik terhadap sesama rekan kerja.
  • Menghadapi kesulitan dengan sikap ringan dan penuh humor, mengikuti teladan Paus Fransiskus.

“Kita harus membangun jembatan, bukan tembok. Menjadi Gereja yang terbuka, yang menyambut, yang berdoa, dan yang mencintai,” tegas Paus.

Penutup: Doa Bersama Bunda Maria

Mengakhiri pertemuan, Paus Leo XIV mengajak semua yang hadir untuk berdoa bersama kepada Santa Perawan Maria, memohon perlindungan dan rahmat bagi mereka yang bekerja di Vatikan dan bagi keluarga mereka. Ia menekankan bahwa keluarga adalah bagian dari pelayanan, dan bahwa keberadaan anak-anak, orang sakit, dan lansia adalah berkat yang harus dirawat dengan cinta dan doa.

“Mari kita memohon kepada Bunda Maria agar memberkati kita semua, pekerjaan kita, keluarga kita, dan agar iman serta doa tetap menjadi garam yang memberi rasa dalam hidup kita setiap hari,” tutup Paus dengan penuh kasih.

 

Disarikan dari Vatican News